Pages

Friday, February 13, 2015

TEORI DAN PRAKSIS ETIKA

TEORI DAN PRAKSIS ETIKA

Etika sebagai pemikiran dan pertimbangan moral memberikan dasar bagi seseorang maupun sebuah komunitas dalam melakukan suatu tindakan. Seiring perkembangannya, pemikiran-pemikiran etika membentuk teori etika. Teori etika dapat disebut sebagai gambaran rasional mengenai hakekat dan dasar perbuatan dan keputusan yang benar serta prinsip-prinsip yang menentukan klaim bahwa perbuatan dan keputusan tersebut secara moral diperintahkan dan dilarang.


Menyelami Keragaman Pemikiran Tentang Etika
Filsafat yang berkembang dewasa ini tidak terlepas dari kuatnya pengaruh filsafat yunani yang berkembang dari alam, yang dikarenakan memang pada saat itu kehidupan manusia sangat bergantung pada alam.
·         Murid-murid Pytagoras (570-496 SM) : badan merupakan kubur jiwa, sehingga jika manusia menginginkan jiwanya bebas dari badan maka dia perlu menempuh jalan pembersihan.
·         Democritus (460-371 SM): mengajarkan aturan kehidupan bahwa manusia hendaknya mengusahakan keadilan. Nilai tertinggi kehidupan adalah pencapaian pada apa yang enak (kerangka perkembangan hedonisme).
·         Socrates (469-399 SM): membuka dan memperlihatkan bahwa pengandaian kaum Sofis tidak dapat dipertahankan. Socrates membawa manusia pada paham etis dengan menghadapkannya pada implikasi anggapannya sendiri. Socrates yakin bahwa orang akan berbuat benar bila ia mengetahui apa yang baik baginya.
·         Plato (427-348 SM): memperlihatkan bahwa apa yang umumnya dianggap kebenaran masih jauh sekali dari realitas, yang bersifat rohani dan disebut idea, bersumber dari Yang Ilahi.
·         Aristoteles (384-322 SM): menurutnya, ajaran Plato adalah interpretasi salah terhadap kenyataan bahwa manusia dapat membentuk konsep-konsep universal tentang hal yang empiris yang mana untuk menjelaskan ini tidak perlu menerima alam idea yang abadi. Hidup yang baik bagi manusia adalah bila ia mencapai apa yang menjadi tujuannya.
·         Epikuros (314-270 SM): penganut kebebasan berkehandak. Dengan kebebasannya manusia menuju kebahagiaan yang menghasilkan nikmat, yakni nikmat bersifat rohani dan luhur daripada jasmani.
·         Kaum Stoa: etika sebagai seni hidup yang menunjukkan jalan ke kebahagiaan yang dicapai dengan keberhasilan hidup manusia, yakni dengan mempertahankan diri. Prinsip dasar etika bagi kaum ini adalah penyesuaian diri dengan hukum alam.
·         Jeremy Bentham (1748-1832) dan John Stuart Mill (1806-1873): mengembangkan etika teleologi. Mempunyai pandangan bahwa suatu tindakan dinilai baik atau buruk berdasarkan tujuan atau akibat dilakukannya tindakan tersebut. Kemudian muncul varian darinya, yaitu egoisme (menilai baik buruk tindakan dari tujuan dan manfaat tindakan tersebut bagi pribadi-pribadi) dan utilitarianisme (baik buruk suatu tindakan berdasarkan tujuan dan akibat bagi kebanyakan orang).
·         Immanuel Kant (1724-1804): mngembangkan aliran deontologi, dimana penilaian baik buruk tindakan didasarkan pada penilaian apakah tindakan itu sendiri apakah baik atau buruk.
·         Augustinus (354-430 M): berbasis pada nilai agama Nasrani. Dalam etika terdapat dimensi kesadaran transendensi.
·         Thomas Aquinas (1225-1274): menurutnya, Tuhan adalah tujuan akhir manusia, karena Ia adalah nilai tertinggi dan universal, dan karenanya kebahagiaan manusia tercapai bila ia memandang Tuhan.

Praksis Peran Individu Dan Organisasi Dalam Mempromosikan Etika
Faktor-faktor locus of control, gender dan pengalaman kerja mempunyai pengaruh pada keberterimaan perilaku etis dan tidak etis di tempat kerja. Terdapat juga konsepsual bahwa keberagamaan merupakan motivasi bertindak etis dan menemukan adanya perbedaan signifikan dalam pertimbangan etis di antara responden yang terkategori bermotif keberagamaan dan yang tidak.
Pelaporan berbuat salah yang dilakukan oleh rekan secara tak langsung dipengaruhi oleh keberagamaan seseorang, dimana dalam hal ini keterpengaruhan terjadi melalui ideologi etis individu. Sedangkan Singhapakdhi & Vitell menyimpulkan pertimbangan etis marketer’s dapat secara parsial dijelaskan oleh nilai-nilai personal dan profesional individu bersangkutan.
Organisasi tempat bekerja sangat mempengaruhi etika individu. Maryani & Ludigdo menemukan bahwa aspek organisasional termasuk sebagai faktor penting yang mempengaruhi sikap dan perilaku akuntan.

Kode etik : Mainstream Model Pengembangan Etika dalam Organisasi
Kode etik adalah dokumen formal tertulis dan membedakan yang terdiri dari standar moral untuk membantu mengarahkan perilaku karyawan dan organisasi. Fungsinya untuk mencapai standar etis yang tinggi dalam bisnis. Standar moral universal menurut Scwhartz:
·         Trustworthiness
·         Respect
·         Responsibility
·         Fairness
·         Caring
·         Citizenship
Sedangkan menurut Adams dkk, alasan mengapa perusahaan membuat kode etik adalah:
·         Kode etik merupakan upaya untuk memperbaiki iklim organisasional sehingga individu berperilaku etis.
·         Kontrol etis diperlukan karena sistem legal dan pasar tidak cukup mampu mengarahkan perilaku organisasi untuk mempertimbangkan dampak moral dalam setiap keputusan bisnis.
·         Untuk menentukan status bisnis sebagai sebuah profesi, dimana kode etik menjadi penandanya.
·         Sebagai upaya menginstitusionalisasikan moral dan nilai-nilai pendiri perusahaan.
·         Kode etik merupakan pesan.

Comprehensive Dalam Perkembangan Praktik Etika DI Organisasi
Ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan untuk menuju suatu ssitem organisasi yang etis dengan institusionalisasi etika.  Faktor faktor yang menunjang perilaku etis ditempat kerja adalah means, motivator dan opportunity dapat mendorong perilaku tidak etis dalam organisasi.
a.    Means : dalam hal ini adalah aturan, kebijakan dan prosedur dalam suatu organisasi yang secara spesifik mengacu kepada etika.
b.    Motivator : adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu . ketika system nilai yang berkembang dalam organisasi tidak mendorong individu untuk berperilaku etis, maka motivasi untuk mencapai kebutuhan dirinya dapat dilakukan dengan segala cara
c.    Opportunity : untuk berperilaku tidak etis dapat berangkat dari posisi kerja yang dimiliki oleh individu. Seberapa besar kesempatan yang dimiliki oleh individu untuk berperilaku tidak etis dengan memanfaatkan posisi kerjanya juga sangat tergantung pada keberadaan means dan terjaganya motivasi untuk berperilaku secara etis.
Menurut Lam & White, terdapat komponen-komponen untuk menuju suatu sistem organisasi. Faktor-faktor means, motivation, opportunity mendorong perilaku tidak etis dalam organisasi karena:
1.    Organisasi tidak memberikan means untuk mencegah perilaku tidak etis.
2.    Individu memiliki personal motivation personal motivation yang didapat dari perilaku tidak etis.
3.    Posisi kerja memberikan opportunity untuk mendorong praktik tidak etis.

Etika Sebagai Basis Profesionalisme Akuntan
Akuntan merupakan profesi yang keberadaanya sangat tergantung pada kepercayaan masyarakat. Kwalitas jasa akuntansi merupakan fungsi dari kompetensi  teknik dan  pertimbangan. Dalam melakukan audit keuangan dimana ini merupakan  salah satu  bidang keahlian akuntan, akuntan dituntut untuk tidak  saja mempunyai kompetensi teknis tetapi juga harus  independen.
Sementara disebutkan ada beberapa  keuntungan dari adanya kode etik ini. Pertama, para profesional kan lebih sadar tentang aspek moral dari pekerjaannya. Dengan adanya kode etik para profesional akan bertindak dengan kesadaran sebagaimana yang dituntut dalam kode etik. Sekaligus akan terhadap kesadaran bahwa di dalam pekerjaannya terdapat dimensi moralitas yang harus dipenuhi.
Brooks memberi pedoman atas isi yang seharusnya terdapat dalam suatu kode etik akuntan, yaitu:
Spesifikasi alasan aturan-aturan umum yang berhubungan dengan:
·         Kompetensi teknis
·         Kehati-hatian
·         Obyektivitas
·         Integritas
Memberikan pedoman:
·         Untuk berperilaku memenuhi kepentingan berbagai kelompok dalam masyarakat.
·         Untuk memecahkan konflik antar berbagai pihak yang berkepentingan dan antara pihak yang berkepentingan dan akuntan.
·         Memberi dukungan atau perlindungan bagi akuntan yang akan “melakukan sesuatu dengan benar”.
·         Menspesifikasikan sanksi secara jelas sehingga konsekuensi dari kesalahan akan dipahami.
Di bagian pendahuluan kode etik harus disebutkan empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi akuntan dalam menjalani profesinya :
1.    Kredibilitas à dimana masyarakta membutuhkan kredibilitas informasi dan system informasi
2.    Profesionalisme à diperlukan individu yang secara jelas dapat diidentifikasikan oleh pemakai jasa akuntan sebagai professional dibidang akuntansi
3.    Kualitas jasa à dimana terdapat keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan diberikan dengan standar kinerja tertinggi
4.    Kepercayaan à pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika professional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.
Sedangkan pada Prinsip Etika Akuntan meliputi delapan butir pernyataan mengenai :
·         Tanggung jawab profesi
·         Kepentingan publik
·         Integritas
·         Obyektivitas
·         Kompetensi dan kehati-hatian profesional
·         Kerahasiaan
·         Perilaku profesional
·         Standar teknis
          Jadi, dapat disimpulkan bahwa keberadaan etika dimaksudkan terutama untuk menjaga keselarasan hubungan antar manusia secara formal dalam suatu organisasi maupun secara informal dalam suatu lingkungan kehidupan.

Ringkasan
Etika sebuah refleksi moralitas dapat dicermati dari berbagai dimensi, tergantung persoalan moral apa yang akan dikritisi. Terlepas dari keberadaan etika dimaksudkan terutama untuk menjaga keselarasan hubunguan antar manusia.

No comments:

Post a Comment