TEORI DAN PRAKSIS ETIKA
Etika
sebagai pemikiran dan pertimbangan moral memberikan dasar bagi seseorang maupun
sebuah komunitas dalam melakukan suatu tindakan. Seiring perkembangannya,
pemikiran-pemikiran etika membentuk teori etika. Teori etika dapat disebut
sebagai gambaran rasional mengenai hakekat dan dasar perbuatan dan keputusan
yang benar serta prinsip-prinsip yang menentukan klaim bahwa perbuatan dan
keputusan tersebut secara moral diperintahkan dan dilarang.
Menyelami
Keragaman Pemikiran Tentang Etika
Filsafat
yang berkembang dewasa ini tidak terlepas dari kuatnya pengaruh filsafat yunani
yang berkembang dari alam, yang dikarenakan memang pada saat itu kehidupan
manusia sangat bergantung pada alam.
·
Murid-murid
Pytagoras (570-496 SM) : badan merupakan kubur jiwa, sehingga jika manusia
menginginkan jiwanya bebas dari badan maka dia perlu menempuh jalan
pembersihan.
·
Democritus (460-371 SM): mengajarkan
aturan kehidupan bahwa manusia hendaknya mengusahakan keadilan. Nilai tertinggi
kehidupan adalah pencapaian pada apa yang enak (kerangka perkembangan
hedonisme).
·
Socrates (469-399 SM): membuka dan
memperlihatkan bahwa pengandaian kaum Sofis tidak dapat dipertahankan. Socrates
membawa manusia pada paham etis dengan menghadapkannya pada implikasi
anggapannya sendiri. Socrates yakin bahwa orang akan berbuat benar bila ia
mengetahui apa yang baik baginya.
·
Plato (427-348 SM): memperlihatkan
bahwa apa yang umumnya dianggap kebenaran masih jauh sekali dari realitas, yang
bersifat rohani dan disebut idea, bersumber dari Yang Ilahi.
·
Aristoteles (384-322 SM):
menurutnya, ajaran Plato adalah interpretasi salah terhadap kenyataan bahwa
manusia dapat membentuk konsep-konsep universal tentang hal yang empiris yang
mana untuk menjelaskan ini tidak perlu menerima alam idea yang abadi. Hidup
yang baik bagi manusia adalah bila ia mencapai apa yang menjadi tujuannya.
·
Epikuros (314-270 SM): penganut
kebebasan berkehandak. Dengan kebebasannya manusia menuju kebahagiaan yang
menghasilkan nikmat, yakni nikmat bersifat rohani dan luhur daripada jasmani.
·
Kaum
Stoa: etika sebagai seni hidup yang menunjukkan jalan ke kebahagiaan yang
dicapai dengan keberhasilan hidup manusia, yakni dengan mempertahankan diri.
Prinsip dasar etika bagi kaum ini adalah penyesuaian diri dengan hukum alam.
·
Jeremy
Bentham (1748-1832) dan John Stuart Mill (1806-1873): mengembangkan etika
teleologi. Mempunyai pandangan bahwa suatu tindakan dinilai baik atau buruk
berdasarkan tujuan atau akibat dilakukannya tindakan tersebut. Kemudian muncul
varian darinya, yaitu egoisme (menilai baik buruk tindakan dari tujuan dan
manfaat tindakan tersebut bagi pribadi-pribadi) dan utilitarianisme (baik buruk
suatu tindakan berdasarkan tujuan dan akibat bagi kebanyakan orang).
·
Immanuel
Kant (1724-1804): mngembangkan aliran deontologi, dimana penilaian baik buruk
tindakan didasarkan pada penilaian apakah tindakan itu sendiri apakah baik atau
buruk.
·
Augustinus
(354-430 M): berbasis pada nilai agama Nasrani. Dalam etika terdapat dimensi
kesadaran transendensi.
·
Thomas
Aquinas (1225-1274): menurutnya, Tuhan adalah tujuan akhir manusia, karena Ia
adalah nilai tertinggi dan universal, dan karenanya kebahagiaan manusia
tercapai bila ia memandang Tuhan.
Praksis
Peran Individu Dan Organisasi Dalam Mempromosikan Etika
Faktor-faktor locus of control, gender dan
pengalaman kerja mempunyai pengaruh pada keberterimaan perilaku etis dan tidak
etis di tempat kerja. Terdapat juga konsepsual bahwa keberagamaan merupakan
motivasi bertindak etis dan menemukan adanya perbedaan signifikan dalam
pertimbangan etis di antara responden yang terkategori bermotif keberagamaan dan
yang tidak.
Pelaporan
berbuat salah yang dilakukan oleh rekan secara tak langsung dipengaruhi oleh
keberagamaan seseorang, dimana dalam hal ini keterpengaruhan terjadi melalui
ideologi etis individu. Sedangkan Singhapakdhi & Vitell menyimpulkan
pertimbangan etis marketer’s dapat secara parsial dijelaskan oleh nilai-nilai
personal dan profesional individu bersangkutan.
Organisasi
tempat bekerja sangat mempengaruhi etika individu. Maryani & Ludigdo
menemukan bahwa aspek organisasional termasuk sebagai faktor penting yang
mempengaruhi sikap dan perilaku akuntan.
Kode etik : Mainstream Model Pengembangan Etika dalam Organisasi
Kode
etik adalah dokumen formal tertulis dan membedakan yang terdiri dari standar
moral untuk membantu mengarahkan perilaku karyawan dan organisasi. Fungsinya
untuk mencapai standar etis yang tinggi dalam bisnis. Standar moral universal
menurut Scwhartz:
·
Trustworthiness
·
Respect
·
Responsibility
·
Fairness
·
Caring
·
Citizenship
Sedangkan
menurut Adams dkk, alasan mengapa perusahaan membuat kode etik adalah:
·
Kode
etik merupakan upaya untuk memperbaiki iklim organisasional sehingga individu
berperilaku etis.
·
Kontrol
etis diperlukan karena sistem legal dan pasar tidak cukup mampu mengarahkan
perilaku organisasi untuk mempertimbangkan dampak moral dalam setiap keputusan
bisnis.
·
Untuk
menentukan status bisnis sebagai sebuah profesi, dimana kode etik menjadi
penandanya.
·
Sebagai
upaya menginstitusionalisasikan moral dan nilai-nilai pendiri perusahaan.
·
Kode
etik merupakan pesan.
Comprehensive
Dalam Perkembangan Praktik Etika DI Organisasi
Ada beberapa komponen yang perlu
diperhatikan untuk menuju suatu ssitem organisasi yang etis dengan
institusionalisasi etika. Faktor faktor
yang menunjang perilaku etis ditempat kerja adalah means, motivator dan
opportunity dapat mendorong perilaku tidak etis dalam organisasi.
a. Means : dalam hal ini adalah aturan, kebijakan dan prosedur dalam suatu
organisasi yang secara spesifik mengacu kepada etika.
b. Motivator :
adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar
untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu . ketika system nilai yang
berkembang dalam organisasi tidak mendorong individu untuk berperilaku etis,
maka motivasi untuk mencapai kebutuhan dirinya dapat dilakukan dengan segala
cara
c. Opportunity
: untuk berperilaku tidak
etis dapat berangkat dari posisi kerja yang dimiliki oleh individu. Seberapa
besar kesempatan yang dimiliki oleh individu untuk berperilaku tidak etis
dengan memanfaatkan posisi kerjanya juga sangat tergantung pada keberadaan
means dan terjaganya motivasi untuk berperilaku secara etis.
Menurut
Lam & White, terdapat komponen-komponen untuk menuju suatu sistem
organisasi. Faktor-faktor means, motivation, opportunity mendorong
perilaku tidak etis dalam organisasi karena:
1. Organisasi tidak
memberikan means untuk mencegah perilaku tidak etis.
2. Individu memiliki personal
motivation personal motivation yang didapat dari perilaku tidak etis.
3. Posisi kerja
memberikan opportunity untuk mendorong praktik tidak etis.
Etika
Sebagai Basis Profesionalisme Akuntan
Akuntan merupakan profesi yang
keberadaanya sangat tergantung pada kepercayaan masyarakat. Kwalitas jasa
akuntansi merupakan fungsi dari kompetensi
teknik dan pertimbangan. Dalam
melakukan audit keuangan dimana ini merupakan
salah satu bidang keahlian
akuntan, akuntan dituntut untuk tidak
saja mempunyai kompetensi teknis tetapi juga harus independen.
Sementara disebutkan ada beberapa keuntungan dari adanya kode etik ini.
Pertama, para profesional kan lebih sadar tentang aspek moral dari
pekerjaannya. Dengan adanya kode etik para profesional akan bertindak dengan kesadaran
sebagaimana yang dituntut dalam kode etik. Sekaligus akan terhadap kesadaran
bahwa di dalam pekerjaannya terdapat dimensi moralitas yang harus dipenuhi.
Brooks
memberi pedoman atas isi yang seharusnya terdapat dalam suatu kode etik
akuntan, yaitu:
Spesifikasi
alasan aturan-aturan umum yang berhubungan dengan:
·
Kompetensi
teknis
·
Kehati-hatian
·
Obyektivitas
·
Integritas
Memberikan
pedoman:
·
Untuk
berperilaku memenuhi kepentingan berbagai kelompok dalam masyarakat.
·
Untuk
memecahkan konflik antar berbagai pihak yang berkepentingan dan antara pihak
yang berkepentingan dan akuntan.
·
Memberi
dukungan atau perlindungan bagi akuntan yang akan “melakukan sesuatu dengan
benar”.
·
Menspesifikasikan
sanksi secara jelas sehingga konsekuensi dari kesalahan akan dipahami.
Di
bagian pendahuluan kode etik harus disebutkan empat kebutuhan dasar yang harus
dipenuhi akuntan dalam menjalani profesinya :
1.
Kredibilitas
à
dimana masyarakta membutuhkan kredibilitas informasi dan system informasi
2.
Profesionalisme
à
diperlukan individu yang secara jelas dapat diidentifikasikan oleh pemakai jasa
akuntan sebagai professional dibidang akuntansi
3.
Kualitas
jasa à
dimana terdapat keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan
diberikan dengan standar kinerja tertinggi
4.
Kepercayaan
à pemakai
jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika
professional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.
Sedangkan
pada Prinsip Etika Akuntan meliputi delapan butir pernyataan mengenai :
·
Tanggung
jawab profesi
·
Kepentingan
publik
·
Integritas
·
Obyektivitas
·
Kompetensi
dan kehati-hatian profesional
·
Kerahasiaan
·
Perilaku
profesional
·
Standar
teknis
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
keberadaan etika dimaksudkan terutama untuk menjaga keselarasan hubungan antar
manusia secara formal dalam suatu organisasi maupun secara informal dalam suatu
lingkungan kehidupan.
Ringkasan
Etika sebuah refleksi
moralitas dapat dicermati dari berbagai dimensi, tergantung persoalan moral apa
yang akan dikritisi. Terlepas dari keberadaan etika dimaksudkan terutama untuk
menjaga keselarasan hubunguan antar manusia.
No comments:
Post a Comment